Tanpa Obat Penenang, Gangguan Panik Bisa Sembuh
KOMPAS.com - Semalam,
saya mengakhiri konsultasi dengan pasien saya setelah beliau 5 bulan
menjalani pengobatan untuk gangguan panik yang dideritanya. Saat ini,
pasien sudah merasa jauh lebih baik, dapat mengendalikan dirinya dan
merasa sudah mampu melakukan hal-hal yang dulu beliau tidak bisa
lakukan.
Pasien berusia 34 tahun itu datang kepada saya 5 bulan yang lalu dengan
keluhan gangguan panik yang nyata. Pasien tiba-tiba merasa jantungnya
sering berdebar-debar tanpa sebab, perasaan sesak napas dan keluar
keringat dingin yang nyata. Walaupun sudah melakukan berbagai macam
pemeriksaan dan berkunjung ke banyak dokter penyakit dalam dan saraf,
pasien belum mendapatkan titik terang akan sakitnya.
Belakangan malah pasien menjadi takut untuk keluar rumah sendirian.
Istrinya selalu diminta menemani kemana pun pasien pergi. Jarak rumah ke
kantor yang hanya 5 menit harus dicapai pasien dengan bantuan supir
karena takutnya pasien mengendarai mobil sendiri. Saat itu diagnosis
gangguan panik ditegakkan. Pemeriksaan klinis fisik memang tidak
menemukan adanya kelainan jantung seperti yang ditakuti pasien. Rasa
nyeri dan pegal yang dialami pasien sering datang terutama jika perasaan
panik itu muncul.
Setelah memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya, saya
pun merencanakan pengobatan untuk pasien ini. Obat yang saya pilih
adalah golongan antidepresan SSRI yaitu Sertraline(merek
paten yang dikenal adalah Zoloft). Saya hanya memberikan Clobazam
(Frisium) sebagai cadangan jika pasien merasa tidak nyaman di awal-awal
minggu pengobatan.
Bukan obat penenang
Dalam keseharian praktek, saya memang sangat jarang menggunakan obat penenang sepertiAlprazolam (dijual
dengan merek Xanax, Zypraz, Alganax dll) untuk mengobati pasien dengan
gangguan cemas panik. Merujuk pada standar badan POM Amerika (FDA) dan
beberapa buku teks Psikofarmakologi terbaru, saya lebih sering
menggunakan obat antidepresan SSRI seperti Sertraline untuk mengobati
pasien cemas panik.
Salah satu hal yang membuat saya jarang menggunakan Alprazolam adalah
karena kecenderungan obat ini untuk sulit ditinggalkan oleh pasien
apalagi pasien dengan riwayat penggunaan zat narkotika di masa lalu
(seperti ekstasi dan sabu-sabu) ataupun alkohol. Selain itu sering
didapatkan pada pengalaman klinis yang diungkapkan pasien di forum-forum
media sosial yang membahas tentang gangguan panik, kebanyakan pasien
yang sudah diberikan alprazolam sulit lepas dari obat ini baik secara
psikologis maupun fisiologis.
Secara fisiologis, pasien merasa tubuhnya tidak nyaman jika tidak
menggunakan obat Alprazolam, sedangkan secara psikologis pasien merasa
tidak percaya diri jika ke mana-mana tidak membawa obat Alprazolam.
Memang, hal ini sebenarnya tergantung dari edukasi yang diberikan dokter
kepada pasien saat diberikan obat ini pertama kali. Edukasi yang tepat
bisa menghindarkan pasien dari suatu kondisi "ketergantungan" terhadap
obat ini.
Namun demikian dalam praktiknya, penggunaan obat antidepresan golongan
SSRI sangat baik untuk mengatasi kondisi kecemasan panik. Memang
dibandingkan penggunaan Alprazolam, penggunaan SSRI untuk gangguan panik
belum terlalu banyak. Obat yang lebih dikenal untuk pengobatan depresi
ini kalah "pamor" dibandingkan obat penenang yang mempunyai efek cepat.
Salah satu kelemahannya adalah obat ini mempunyai reaksi yang lama
dibandingkan obat penenang seperti Alprazolam. Kebanyakan pasien baru
merasakan efek obat ini paling cepat seminggu sesudah pemakaian. Belum
lagi ditambah efek samping yang biasanya terjadi di hari-hari pertama
penggunaan obat. Namun demikian, keamanan dan tolerabilitas obat
antidepresan SSRI seperti Sertraline sebenarnya sangat baik.
Kembali ke cerita pasien di atas. Saat ini pasien sudah menjadi lebih
baik. Kondisi perbaikan pasien yang mulai nyata tampak pada bulan ke dua
setelah pengobatan. Selain pengobatan dengan antidepresan,
latihan-latihan kecil sehubungan dengan pencapaian-pencapaian
sehari-hari juga dilakukan. Saat ini pasien sudah mampu menyetir mobil
sendiri walaupun tidak jauh, sudah mulai berani naik pesawat terbang
kembali dan sudah tidak pernah lagi mengalami serangan panik sejak
memulai pengobatan.
Ke depan pasien disarankan untuk mulai melatih terus kepercayaan dirinya
untuk bisa lebih percaya diri dalam melakukan apa-apa sendiri. Inti
dari pengobatan gangguan panik tercapai ketika pasien sudah mempunyai
perasaan kontrol diri yang baik (self control)
dan bebas dari serangan panik sejak mulai pengobatan. Kebanyakan pasien
bisa bebas dari serangan panik sama sekali di minggu ke dua setelah
pengobatan. Pemberian obat antara 3-6 bulan akan tergantung pada kondisi
pasien. Hal ini yang perlu ditekankan dalam setiap pengobatan gangguan
panik. Semoga informasi ini berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
plz give comment